KETERAMPILAN-KETERAMPILAN
SOSIAL
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata
Kuliah : Struktur Ilmu-Ilmu Sosial
Dosen
Pengampu : Dr.Aris,M.Pd
Kelompok
: 9
Disusun
Oleh :
1. Dian
Mahdiyana (1414143076)
2. Safrudin (1414142063)
3. Sofariah
Zulpa (1414141044)
TARBIYAH
IPS - B
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI
Jln.
Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon-Jawa Barat 45132
Telp
: (0231) 481264 Faxs : (0231) 489926
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah yang maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membahas mengenai “KETERAMPILAN-KETERAMPILAN SOSIAL”
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa
bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan makalah ini. Oleh
karena itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk
memberikan saran dan kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari
pembaca sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR 1
DAFTAR
ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar
Belakang 3
1.2 Rumusan
Masalah 3
1.3 Tujuan
Masalah 3
BAB II PEMBAHASAN 4
2.1 Keterampilan
Sosial 4
A. Pengertian
keterampilan 4
B. Penerapan
Keterampilan sosial 7
BAB III PENUTUP 9
3.1 Kesimpulan 9
DAFTAR
PUSTAKA 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keterampilan
sosial adalah ilmu yang mempelajari sosial di dalam masyarakan yang menekankan
pada prinsip-prinsip dalam masyarakan yaitu tentang interaksi, komunikasi, dan
perilaku yang mana di dalamnya menyangkut tentang pengertian keterampilan
sosial dan penerapan keterampilan sosial.
1.2 Rumusan Masalah
Sehubungan latar belakang masalah telah kami uraikan di atas, maka ada
beberapa masalah yang akan kami rumuskan. Adapun permasalahan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Pengertian
keterampilan sosial ?
2. Bagaimana
menerapkan keterampilan sosial ?
1.3 Tujuan Masalah
Dengan
adanya makalah yang telah kami susun ini bisa menambah pengetahuan tentang
keterampilan sosial, khususnya tentang pengertian keterampilan sosial dan
bagaimana penerapan keterampilan sosial. Dengan begitu masyarakat memahami dan
mengetahui tentang keterampilan sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
KETERAMPILAN SOSIAL
A. Pengertian
Keterampilan Sosial
Menurut
para ahli :
1. Menurut Combs dan
Slaby (Gimpel dan Merell, 1998) keterampilan sosial adalah kemampuan
berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara yang khusus
yang dapat diterima secara sosial maupun nilai-nilai yang berguna bagi dirinya
dan orang lain.
2. Menurut Hargie et.al
(1998) keterampilan sosial adalah sebagai kemampuan individu untuk
berkomunikasi efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun non verbal sesuai
dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, dimana keterampilan itu
merupakan perilaku yang dipelajari.
3. Menurut Libet dan
Lewinshon (Cartledge dan milburn, 1995) keterampilan sosial sebagai kemampuan
yang kompleks untuk menunjukan perilaku yang baik dinilai secara positif atau
negative oleh lingkungan, dan jika perilaku itu tidak baik maka akan diberikan
hukuman oleh lingkungan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial
adalah sebuah alat yang terdiri dari kemampuan berinteraksi, berkomunikasi
secara efektif baik secara verbal maupun non verbal, kemampuan untuk dapat
menunjukan perilaku yang baik yang mampu menjalin hubungan baik dengan orang
lain digunakan seseorang untuk dapat berperilaku sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh sosial.
Keterampilan
sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting dan krusial
manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa
remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh
teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja
dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial akan menyebabkan dia sulit
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa
rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang
normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan bahkan dalam
perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa,
kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.
Berdasarkan kondisi tersebut
diatas maka amatlah penting bagi remaja untuk dapat mengembangkan
ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri.
Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal tersebut dan aspek-aspek
apa saja yang harus diperhatikan.
Delapan Aspek
Salah
satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase
perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki ketrampilan
sosial (sosial skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan
kehidupan sehari-hari. Ketrampilan-ketrampilan sosial tersebut meliputi
kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri
sendiri & orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain,
memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai
norma dan aturan yang berlaku, dsb. Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai
oleh remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan
aspek psikososial dengan maksimal.
Menurut
hasil studi Davis dan Forsythe (1984), dalam kehidupan remaja terdapat delapan
aspek yang menuntut keterampilan sosial (social skills) yaitu:
1.
Keluarga
Keluarga merupakan
tempat pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan. Kepuasan
psikis yang diperoleh anak dalam keluarga akan sangat menentukan bagaimana ia
akan bereaksi terhadap lingkungan. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga
yang tidak harmonis atau broken home dimana anak tidak mendapatkan
kepuasan psikis yang cukup maka anak akan sulit mengembangkan ketrampilan
sosialnya. Hal ini dapat terlihat dari:
1.
kurang adanya saling
pengertian (low mutual understanding)
2.
kurang mampu menyesuaikan
diri dengan tuntutan orangtua dan saudara
3.
kurang mampu
berkomunikasi secara sehat
4.
kurang mampu
mandiri
5.
kurang mampu memberi
dan menerima sesama saudara
6.
kurang mampu
bekerjasama
7.
kurang mampu
mengadakan hubungan yang baik
2.
Lingkungan
Sejak
dini anak-anak harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan. Lingkungan dalam
batasan ini meliputi lingkungan fisik (rumah, pekarangan) dan lingkungan sosial
(tetangga), lingkungan juga meliputi lingkungan keluarga(keluarga primer &
sekunder), lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat luas. Dengan pengenalan
lingkungan maka sejak dini anak sudah mengetahui bahwa dia memiliki lingkungan
sosial yang luas, tidak hanya terdiri dari orangtua, saudara, atau kakek dan
nenek saja.
3.
Kepribadian
Secara umum
penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang,
namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak selalu mengambarkan
pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini amatlah
penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan
semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung
dikucilkan. Disinilah pentingnya orangtua memberikan penanaman nilai-nilai yang
menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik
seperti materi atau penampilan.
4.
Rekreasi
Rekreasi merupakan
kebutuhan sekunder yang sebaiknya dapat terpenuhi. Dengan rekreasi seseorang
akan merasa mendapat kesegaran baik fisik maupun psikis, sehingga
terlepas dari rasa capai, bosan, monoton serta mendapatkan semangat baru.
5.
Pergaulan dengan Lawan Jenis
Untuk dapat
menjalankan peran menurut jenis kelamin, maka anak dan remaja seyogyanya tidak
dibatasi pergaulannya hanya dengan teman-teman yang memiliki jenis kelamin yang
sama. Pergaulan dengan lawan jenis akan memudahkan anak dalam mengidentifikasi sex
role behavior yang menjadi sangat penting dalam persiapan berkeluarga
maupun berkeluarga.
6.
Pendidikan
Pada dasarkan sekolah
mengajarkan berbagai ketrampilan kepada anak. Salahsatu ketrampilan tersebut
adalah ketrampilan-ketrampilan sosial yang dikaitkan dengan cara-cara belajar
yang efisien dan berbagai teknik belajar sesuai dengan jenis pelajarannya.
Dalam hal ini peran orangtua adalah menjaga agar ketrampilan-ketrampilan
tersebut tetap dimiliki oleh anak atau remaja dan dikembangkan terus-menerus
sesuai tahap perkembangannya.
7.
Persahabatan dan Solidaritas Kelompok
Pada masa remaja
peran kelompok dan teman-teman amatlah besar. Seringkali remaja bahkan lebih
mementingkan urusan kelompok dibandingkan urusan dengan keluarganya. Hal
tersebut merupakan suatu yang normal sejauh kegiatan yang dilakukan remaja dan
kelompoknya bertujuan positif dan tidak merugikan orang lain. Dalam hal ini
orangtua perlu memberikan dukungan sekaligus pengawasan agar remaja dapat
memiliki pergaulan yang luas dan bermanfaat bagi perkembangan psikososialnya.
8.
Lapangan Kerja
Cepat
atau lambat, setiap orang pasti akan menghadapi dunia kerja. Keterampilan
sosial untuk memilih lapangan kerja sebenarnya telah disiapkan sejak anak masuk
sekolah dasar. Melalui berbagai pelajaran disekolah mereka telah mengenal
berbagai lapangan pekerjaan yang ada dalam masyarakat. Setelah masuk SMU mereka
mendapat bimbingan karier untuk mengarahkan karier masa depan. Dengan memahami
lapangan kerja dan ketrampilan-ketrampilan sosial yang dibutuhkan maka remaja
yang terpaksa tidak dapat melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi akan dapat
menyiapkan untuk bekerja.
B. Penerapan
Keterampilan Sosial
Pelatihan keterampilan sosial merupakan salah satu teknik
modivikasi yang mulai banyak digunakan, terutama untuk membantu penderita
kesulitan bergaul.
Perinsip-perinsip dalam
pelatihan keterampilan sosial
1. orang dewasa berbeda dengan anak-anak. Orang
dewasa menyadari bahwa mereka mempunyai kemampuan dan pengalaman sehingga
mereka ingin terlibat dalam proses belajar yang lebih tinggi. Dengan demikian
dalam pelatihan, tanggung jawab atas proses belajar sepenuhnya berada ditangan
peserta bukan pada pelatih
2. sesungguhnya peroses belajar itu adalah
suatu pengalaman yang dimulai dari peserta dan berlangsung dalam diri peserta,
oleh karena itu peserta tidak diajari tetapi diberi motivasi untuk mencari
pengetahuan, keterampilan, perilaku yang baru dengan menggali sumber daya dalam
dirinya.
Keterampilan
sosial meliputi keterampialan-keterampilan yang memberikan pujian, mengeluh
karna tidak setuju pada sesuatu hal, menolak permintaan orang lain, tukar
pengalaman, memberi saran kepada orang lain, pemecahan konflik atau masalah,
dan beberapa tingkah laku yang tidak dimiliki oleh klien.
Penelitian keterampilan sosial ini diberikan berdasarkan
tingakah laku apa saja yang akan diubah dari individu yang bersangkutan.
Dalam penelitian keterampilan sosial disajikan beberapa
model atau contoh tingkah laku. Klien diminta untuk mengobservasi, kemudian
menirukan tingkah laku tersebut. Jadi dalam penelitian keterampilan sosial
terkandung perinsip-perinsip belajar sosial seperti individu melihat,
mengobservasi, kemudian menirukan tingkah laku yang diajarkan tersebut.
Beberapa tehnik yang
digunakan dalam pelatihan keterampilan sosial :
1.
Modelling
Yang
dilakukan dengan cara memperlihatkan contoh tentang keterampilan berprilaku
yang positif yang diharapkan dapat dipelajari oleh pelatih.
2.
Bermain Peran
Dilakukan
dengar cara mendengarkan petunjukang disajikan model atau melalui vidio.
Contohnya: diskusi mengenai aktivitas yang dimodelkan, setelah diskusi selesai
latihan bermain peran dapat dilakukan.
3.
umpan balik
terhadap kinerja yang tepat
Dilakukan
dengan cara memberi pengukuh terhadap peserta yang menunjukan kinerja yang
tepat dan baik.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Keterampilan
sosial adalah sebuah
alat yang terdiri dari kemampuan berinteraksi, berkomunikasi secara efektif
baik secara verbal maupun non verbal, kemampuan untuk dapat menunjukan perilaku
yang baik yang mampu menjalin hubungan baik dengan orang lain digunakan
seseorang untuk dapat berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzan, Lutfi. 2007. Assertive Training: Pengembangan Probadi Asertif
dan Transaksi Sosial. Depdiknas: UPT BK UM
Kelly, J.A., 1982, Social-Skills Training, A Practical Guide for
Interventions. New York: Springer Publishing Co. Meichenbaum, D., 1979, Cognitive-Behavioral
Mod~flcation. New York: Plenum Press.
Ramadhani, Neila. Pelatihan keterampilan sosial untuk terapi kesulitan
bergaul Miltenberger,
2004, Assertive skills. Stratum: Stratum Press.






0 comments:
Post a Comment